PENGERTIAN DAN JENIS ALAT PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia di dunia ini memerlukan kehidupan, dan untuk
hidup memerlukan pendidikan. Pendidikan sangat penting bagi manusia karena hal itu dapat menunjang
hidup manusia. Dalam pendidikan banyak hal yang harus dipelajari, salah satunya
adalah alat pendidikan. Alat pendidikan sangat penting untuk kita. Karena
dengan alat pendidikan, kita bisa mengetahui cara-cara mendidik yang baik dan
benar, oleh karena itu penulis menulis makalah yang berjudul “Pengertian dan
Jenis Alat Pendidikan”.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, rumusan masalah yang terdapat pada makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian alat pendidikan ?
2. Bagaimana pembagian jenis alat pendidikan ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan
diatas, tujuan yang ingin dicapai oleh penulis memperkenalkan alat pendidikan
untuk menunjang kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Alat
Pendidikan
Secara umum, alat pendidikan adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Amir Dien Indrakusuma membedakan
faktor dan alat pendidikan. Faktor adalah hal atau keadaan yang ikut serta
menentukan berhasil tidaknya pendidikan. Sedangkan alat adalah langkah-langkah
yang diambil demi kelancaran proses pendidikan.
Sementara itu, Ahmad D. Marimba memandang alat pendidikan
dari aspek fungsinya, yakni ; alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu
mempermudah usaha mencapai tujuan (untuk mencapai tujuan selanjutnya).
Dalam praktek pendidikan, istilah alat pendidikan sering
diidentikkan dengan media pendidikan, walaupun sebenarnya pengertian alat lebih
luas dari pada media. Media pendidikan adalah ”alat, metode dan teknik yang
digunakan dalam rangka meningkatkan efektifitas komunikasi dan interaksi
edukatif antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
B. Jenis
Pendidikan
Dalam dunia pendidikan terdapat bermacam alat pendidikan
sebagai sarana untuk mencapai tujuan, Ahmad D. Marimba membagi alat pendidikan
ke dalam tiga bagian :
- Alat-alat
yang memberikan perlengkapan berupa kecakapan berbuat dan pengertian
hafalan. Alat-alat ini dapat pula disebut alat-alat pembiasaan.
- Alat-alat
untuk memberi pengertian, membentuk sikap, minat dan cara berfikir.
- Alat-alat
yang membawa ke arah keheningan batin, kepercayaan dan pengarahan diri
sepenuhnya kepada-Nya.
Disamping pembagian di atas, D. Marimba juga membagi alat
pendidikan ke dalam dua bagian yaitu :
- Ala-alat
langsung, yaitu alat-alat bersifat menganjurkan sejalan dengan maksud
usaha (alat-alat positif).
- Alat-alat
tidak langsung, yaitu alat-alat yang bersifat pencegahan dan pembasmian
hal-hal yang bertentangan dengan maksud usaha.
Suwarno membedakan alat-alat pendidikan dari beberapa
segi berikut :
- Alat
pendidikan positif dan negatif : positif, jika ditunjukkan agar anak
mengerjakan sesuatu yang baik, misalnya : contoh yang baik pembiasaan,
perintah, pujian, dan ganjaran. Negatif, jika tujuannya menjaga supaya
anak didik jangan mengerjakan sesuatu yang jelek, misalnya : larangan,
celaan, peringatan, ancaman, hukuman.
- Alat
pendidikan preventif dan korektif ; preventif jika maksudnya mencegah anak
sebelum anak berbuat sesuatu yang tidak baik. Misalnya, pembiasaan,
perintah, pujian, ganjaran. Korektif jika maksudnya memperbaiki karena
anak telah melanggar ketertiban atau berbuat sesuatu yang buruk. Misalnya.
Celaan, ancaman, hukuman.
- Alat pendidikan yang menyenangkan dan yang tidak
menyenangkan. Menyenangkan yaitu menimbulkan rasa senang pada anak-anak.
Misalnya pengajaran dan pujian. Tidak menyenangkan yaitu yang menimbulkan
perasaan tidak senang pada anak-anak. Misalnya, hukuman dan celaan.
Sedangkan AmirDien Indrakusuma membagi alat pendidikan
kedalam dua kelompok :
- Alat
pendidikan preventif ialah alat pendidikan yang bersifat pencegahaan.
Tujuannya agar hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu kelancaran
proses pendidikan bisa dihindari. Misalnya tata tertib, anjuran dan
perintah, larangan dan paksaan.
- Alat
pendidikan representatif (kuratif dan kerektif), ialah alat pendidikan
yang bersifat penyadaran agar anak kembali kepada hal-hal yang benar, baik
dan tertib. Misalnya, pemberitahuan, teguran, hukuman dan ganjaran.
Madyo Ekosusilo, mengelompokkan alat pendidikan menjadi
dua kelompok yaitu :
- Alat
pendidikan yang bersifat material, yaitu alat-alat pendidikan yang berupa
benda-benda nyata untuk memperlancar pencapaian tujuan pendidikan.
Misalnya, papan tulis, OHP dan lain-lain.
- Alat
pendidikan yang bersifat non material, yaitu alat-alat pendidikan yang
berupa keadaan atau dilakukan dengan sengaja sebagai sarana dalam kegiatan
pendidikan.[2]
Dalam memilih alat pendidikan manakah yang baik dan
sesuai, haruslah memperhatikan empat syarat yang berikut :
- Tujuan
apakah yang hendak dicapai dengan alat itu,
- Siapa
(pendidik) yang menggunakan alat itu,
- Anak (si
terdidik) yang mana yang dikenai alat itu,
- Bagaimana
menggunakan alat itu,
Alat-alat pendidikan yang sangat penting ialah
- Pembiasaan
dan pengawasan
- Perintah
dan larangan
- Ganjaran
dan hukuman.
1. Pembiasaan
Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting
sekali, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Anak-anak kecil belum
menginsyafi apa yang dikatakan baik dan apa yang dikatakan buruk dalam arti
asusila. Oleh karena itu, pembiasaan merupakan alat satu-satunya. Sejak
dilahirkan anak-anak harus dilatih dengan kebiasaan-kebiasaan dan
perbuatan-perbuatan yang baik, seperti dimandikan dan ditidurkan pada waktu
tertentu, diberi makan dengan teratur dan sebagainya.
Anak-anak dapat menurut dan taat kepada
peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang
baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah dan juga di tempat lain.
Supaya pembiasaan itu dapat lekas tercapai dan baik
hasilnya, harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain :
a. Mulailah pembiasaan itu sebelum terlambat, jadi sebelum
anak itu mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan
dibiasakan.
b. Pembiasaan itu hendaklah terus menerus (berulang-ulang)
dijalankan secara teratur sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang
otomatis. Untuk itu dibutuhkan pengawasan.
c. Pendidikan hendaklah konsekuen, bersikap tegas dan tetap
teguh terhadap pendiriannya yang telah diambilnya.
d. Pembiasaan yang mula-mulanya mekanistis itu harus makin
menjadi pembiasaan yang disertai kata hati anak itu sendiri.
2. Pengawasan
Di atas telah dikatakan bahwa pembiasaan yang baik membutuhkan
pengawasan. Pengawasan itu penting sekali dalam mendidik anak. Tanpa pengawasan
berarti membiarkan anak berbuat sekehendaknya anak tidak akan dapat membedakan
yang baik dan yang buruk, tidak mengetahui mana yang seharusnya dihindari atau
tidak senonoh dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang
membahayakan dan mana yang tidak.
Anak yang dibiarkan tumbuh sendiri menurut alamnya, dan
menjadi manusia yang hidup menurut nafsunya saja. Kemungkinan besar anak itu
menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui kemana arah hidup yang
sebenarnya.
Memang, ada pula ahli-ahli didik yang menuntut adanya
kebebasan yang penuh dalam pendidikan. Roussean, umpamanya, adalah seorang
pendidik yang beranggapan bahwa semua anak yang sejak dilahirkan adalah baik,
menganjurkan pendidikan menurut alam. Menurut pendapatnya, anak hendaknya
dibiarkan tumbuh menurut alamnya yang baik itu sehingga mengenai hukuman pun
Roussean menganjurkan hukuman alami.
Tetapi pendapat para ahli didik sekarang umumnya,
sependapat bahwa pengawasan adalah alat pendidikan yang penting dan harus
dilaksanakan, biarkan secara berangsur-angsur anak itu harus diberi kebebasan.
Pendapat yang akhir ini mengatakan bukankah kebebasan itu yang dijadikan
pangkal atau permulaan pendidikan, melainkan kebebasan itu yang hendak
diperoleh pada akhirnya.
3. Perintah
Perintah bukan hanya apa yang keluar dari mulut seseorang
yang harus dikerjakan oleh orang lain. Melinkan dalam hal ini termasuk pula
peraturan-peraturan umum yang harus ditaati oleh anak-anak. Tiap-tiap perintah
dan peraturan dalam pendidikan mengandung norma-norma kesusilaan, jadi bersifat
memberi arah atau mengandung tujuan ke arah peraturan susila.
Suatu perintah atau peraturan dapat mudah ditaati oleh
anak-anak jika si pendidik sendiri juga menaati dan hidup menurut
peraturan-peraturan itu. Tony. Tidak mungkin suatu aturan sekolah ditaati oleh
murid-muridnya jika guru sendiri tidak menaati peraturan yang telah dibuatnya
itu.
v Syarat-syarat
memberi perintah antara lain :
a. Perintah hendaknya terang dan singkat, jangan terlalu
banyak komentar, sehingga mudah dimengerti oleh anak.
b. Perintah hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan umur
anak sehingga jangan sampai memberi perintah yang tidak mungkin dikerjakan oleh
anak itu. Tiap-tiap perintah hendaknya disesuaikan dengan kesanggupan anak.
c. Kadang-kadang perlu pula kita mengubah perintah itu
menjadi suatu peritah yang lebih bersifat permintaan sehingga tidak terlalu
keras kedengarannya. Hal ini berlaku lebih-lebih terhadap anak yang sudah
besar.
d. Janganlah terlalu banyak dan berlebihlebihan memberi
perintah,sebab dapat mengakibatkan anak itu tidak patuh, tetapi menentang,
pendidik hendaklah hemat akan perintah.
e. Pendidik hendaklah konsekuen terhadap apa yang telah
diperintahkannya, suatu perintah yang harus ditaati oleh seorang anak, berlaku
pula bagi anak lain.
f. Suatu perintah yang bersifat mengajak, sipendidik turut
melakukannya, umumnya lebih ditaati oleh anak-anak dan dikerjakannya dengan
gembira.
4. Larangan
Di samping memberi perintah, sering pula kita harus
melarang perbuatan anak-anak. Larangan itu biasanya kita keluarkan jika anak
melakukan sesuatu yang tidak baik, yang merugikan, atau dapat membahayakan
dirinya.
Seorang ayah dan ibu yang sering melarang perbuatan
anaknya, dapat mengakibatkan bermacam-macam sifat atau sikap yang kurang baik
pada anak itu, seperti :
- Keras kepala atau melawan
- Pemalu dan penakut
- Perasaan kurang harga diri
- Kurang mempunyai perasaan tanggung jawab
- Pemurung atau pesimis
- Acuh tak acuh terhadap sesuatu (apatis) dan sebagainya.
Syarat-syarat yang harus diperintahkan dalam melakukan
larangan diantaranya :
- Sama
halnya dengan perintah, larangan itu harus diberikan dengan singkat,
supaya dimengerti maksud larangan itu.
- Jangan
terlalu sering melarang, akibatnya tidak baik bagi anak-anak yang masih
kecil, larangan dapat dicegah dengan membolehkan perhatian anak kepada
sesuatu yang lain, yang menarik minatnya.
5. Ganjaran
- Maksud
Ganjaran
Ganjaran adalah salah satu alat pendidikan yang untuk
mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau
pekerjaannya mendapat penghargaan. Pendidik bermaksud suapaya dengan ganjaran
itu anak menjadi lebih giat lagi usahanya untuk mempertinggi prestasi yang
telah dicapainya untuk bekerja atau berbuat lebih lagi.
- Macam-macam
ganjaran
Beberapa macam perbuatan atau sikap pendidik yang dapat
merupakan ganjaran bagi anak didiknya.
1. Guru mengangguk-angguk tanda senang dan membenarkan suatu
jawaban yang diberikan oleh seorang anak.
2. Guru memberi kata-kata yang menggembirakan (pujian)
seperti, ”Rupanya sudah baik pula tulisanmu, mun, kalau kamu terus berlatih,
tentu akan lebih baik lagi”.
3. pekerjaan dapat juga menjadi suatu ganjaran. Contoh
”Engkau akan segera saya beri soal yang lebih sukar sedikit, Ali, karena yang
nomor 3 ini rupa-rupanya agak terlalu baik engkau kerjakan.
4. ganjaran dapat juga berupa benda-benda yang menyenangkan
dan berguna bagi anak-anak. Misalnya pensil, buku tulis, gula-gula atau makanan
yang lain.
6. Hukuman
Hukuman adalah alat pendidikan yang tidak lepas dari
sistem kemasyarakatan serta kenegaraan yang berlaku pada waktu itu, dengan kata
lain hukuman adalah penderitaan yang diberikan atai di timbulkan dengan sengaja
oleh seseorang.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Alat pendidikan merupakan segala sesuatu yang digunakan
sebagai penunjang untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat yang terdapat dalam
pendidikan meliputi pemciasanaan, pengawasan, perintah, larangan, ganjaran, dan
hukuman. Pembiasaan bertolak belakang dengan pengawasan, perintah bertolak
belakang dengan larangan, dan ganjaran bertolak belakang dengan hukuman, akan
tetapi walaupun bertolak belakang keenam hal tersebut sangat diperlukan dalam
pendidikan.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan
oleh penulis bagi pembaca untuk lebih mengenal lagi jenis alat-alat pendidikan,
sehingga kita lebih mudah dalam memberikan pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, M. Ngalim,
MP, 1994. Ilmu Pendidikan
Teoritis & Praktis, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Kosim, Moh,
2006. Pengantar Ilmu Pendidikan, Pamekasan : STAIn Pamekasan
[1] Drs. M. Ngalim Purwanto, Mp. Ilmu Pendidikan Teoritis & Praktis. PT. Remaja
Rosda Karya, Bandung : 1994. hlm., 166-167
[2] H. moh. Kosim, M, Ag, Pengantar Ilmu Pendidikan,
(Pamekasan : STAIN Pamekasan Press, 2006), hlm., 60-63.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar